Pertahanan Liverpool Makin Kesini Makin Kacau, Kenapa?

pertahanan-liverpool-makin-kesini-makin-kacau-kenapa

Pertahanan Liverpool Makin Kesini Makin Kacau, Kenapa? Liverpool FC sedang berada di ujung tanduk musim 2025/26. Empat kekalahan beruntun—termasuk yang terbaru dari Manchester United di Anfield—membuat lini pertahanan mereka jadi sorotan utama. Skor akhir 1-2 melawan United pada akhir pekan lalu menunjukkan betapa rapuhnya benteng Merseyside itu, dengan gol sundulan mudah Harry Maguire di menit akhir yang menyamakan kedudukan. Ini bukan sekadar nasib buruk; statistik mencatat Liverpool sudah kebobolan 12 gol dalam enam pertandingan terakhir di semua kompetisi, jauh di atas rata-rata musim lalu. Di bawah Arne Slot, yang baru menangani sejak musim panas, ekspektasi tinggi berubah jadi kekecewaan. Mengapa pertahanan yang dulu kokoh seperti tembok besi kini terasa seperti pintu bocor? Jawabannya campuran antara cedera, ketidakcocokan taktik, dan masalah internal yang mulai menumpuk. REVIEW FILM

Masalah Koordinasi di Lini Belakang yang Semakin Terlihat: Pertahanan Liverpool Makin Kesini Makin Kacau, Kenapa?

Lini pertahanan Liverpool tak lagi solid seperti era sebelumnya. Di laga lawan United, kesalahan komunikasi antar bek terlihat nyata: Virgil van Dijk, kapten yang biasanya jadi pilar utama, terlihat frustrasi saat menunjuk-nunjuk ke arah bek kiri Milos Kerkez yang baru bergabung. Statistik menunjukkan, dalam empat kekalahan terakhir, Liverpool kehilangan bola di area pertahanan sendiri sebanyak 18 kali, naik 40 persen dari awal musim. Ini bukan soal satu orang; seluruh unit terasa tak sinkron. Bek kanan, misalnya, jadi titik lemah kronis. Slot sudah mencoba tiga pemain di posisi itu—Conor Bradley yang muda tapi belum matang, Jeremie Frimpong yang lebih ofensif daripada defensif, dan bahkan gelandang Dominik Szoboszlai sebagai improvisasi. Hasilnya? Frimpong, yang dibeli mahal musim panas, sudah kebobolan tiga gol dari situasinya sendiri dalam tiga laga. Koordinasi ini mirip masalah di laga sebelumnya lawan Nottingham Forest, di mana transisi balik lawan dieksploitasi berkali-kali. Van Dijk, di usia 34, masih andal dalam duel udara—menang 85 persen—tapi ia tak bisa menutupi lubang di sisi. Tim lawan kini tahu: tekan tinggi di sayap kanan, dan Liverpool goyah.

Dampak Cedera dan Rotasi yang Tak Kunjung Stabil: Pertahanan Liverpool Makin Kesini Makin Kacau, Kenapa?

Cedera jadi biang kerok utama di balik kekacauan ini. Ibrahima Konaté, pasangan ideal Van Dijk, absen sejak Agustus karena masalah lutut, memaksa Slot memutar-mutar pemain cadangan. Jarell Quansah dan Joe Gomez dipanggil naik, tapi keduanya belum siap untuk tekanan Premier League. Gomez, yang serba bisa, terlihat kehilangan kepercayaan diri setelah kesalahan fatal di kekalahan dari Brighton dua pekan lalu, di mana ia membiarkan sundulan bebas masuk. Rotasi ini tak hanya soal ketersediaan; Slot terlihat ragu dalam pilihan awal. Di laga United, ia memulai dengan Bradley di kanan, tapi menariknya di menit 60 karena terlalu banyak kebobolan dribel—sekitar 70 persen lawan lolos melewatinya. Cedera Konaté tak kunjung pulih, dan rumor transfer bek tengah baru kini beredar, tapi itu tak menyelesaikan akar masalah: kedalaman skuad yang tipis. Musim lalu, Liverpool hanya kebobolan 32 gol sepanjang liga; kini, dalam delapan pekan, sudah 15. Cedera juga menular ke lini tengah, di mana kurangnya cover dari gelandang seperti Alexis Mac Allister membuat beban pertahanan bertambah. Slot akui pasca-laga United bahwa “kami butuh keseimbangan lebih baik,” tapi tanpa pemain fit, itu sulit.

Tantangan Taktik Arne Slot di Tengah Transisi

Arne Slot datang dengan janji sepak bola menyerang, tapi transisi dari Jürgen Klopp tak mulus di belakang. Taktik Slot yang menekankan pressing tinggi—mirip Klopp—malah jadi bumerang karena pertahanan tak siap. Di laga-laga terakhir, Liverpool sering tertangkap offside saat build-up, kehilangan struktur, dan membiarkan ruang kosong di belakang. Analisis menunjukkan, expected goals against (xGA) mereka naik menjadi 1.8 per laga, dibanding 1.1 musim lalu. Slot coba adaptasi dengan formasi 4-2-3-1 yang lebih fleksibel, tapi itu membuat bek sayap terlalu maju, meninggalkan celah. Di kekalahan United, Maguire bebas bergerak karena Szoboszlai, yang dipindah ke kanan, tak punya insting defensif alami. Kritik datang dari mantan pemain seperti Jamie Carragher, yang bilang Slot “perlu prioritas pertahanan sebelum serangan.” Slot jawab dengan perubahan di sesi latihan, fokus pada organisasi, tapi hasil belum kelihatan. Dibanding rival seperti Arsenal yang solid di belakang, Liverpool terasa seperti tim transisi yang belum matang—menang di serangan (sudah cetak 18 gol), tapi bocor di belakang. Ini jadi dilema: apakah Slot ubah gaya, atau beli waktu hingga Januari?

Kesimpulan

Pertahanan Liverpool yang kacau bukan akhir dunia, tapi sinyal darurat yang harus diatasi segera. Dari koordinasi longgar, cedera menumpuk, hingga taktik Slot yang masih mencari bentuk, semua saling terkait dan bikin The Reds rentan. Empat kekalahan beruntun ini—pertama sejak 2014—bisa jadi titik balik jika Slot cepat bertindak, mungkin dengan tambahan bek kanan permanen atau pulihnya Konaté. Van Dijk tetap jadi andalan, tapi ia butuh dukungan. Bagi penggemar, ini musim ujian: Liverpool masih punya skuad berbakat, tapi tanpa perbaikan belakang, mimpi gelar Premier League atau Liga Champions bakal sirna. Slot punya visi jangka panjang, tapi kini waktunya hasil konkret. Anfield layak dapat yang lebih baik dari kekacauan ini—semoga akhir pekan depan lawan Everton jadi awal pemulihan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Post Comment