Timnas Indonesia Akan Berakhir di Klasemen & Urutan Berapa?
Timnas Indonesia Akan Berakhir di Klasemen & Urutan Berapa? Pada 12 November 2025, perjalanan Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia resmi berakhir dengan catatan pahit. Skuad Garuda finis di posisi terakhir Grup B ronde keempat, tanpa meraih satu poin pun dari dua laga yang dimainkan. Kekalahan 2-3 dari Arab Saudi di laga perdana dan 0-2 dari Irak di pertemuan kedua membuat mimpi lolos ke putaran final pupus. Meski lolos ke ronde ini sudah prestasi besar setelah finis kedua di ronde kedua di bawah Iraq, kegagalan ini meninggalkan banyak pertanyaan. Apakah ini akhir dari era kemajuan, atau pelajaran berharga untuk masa depan? Kita telusuri dinamika yang membawa ke posisi akhir ini. INFO SLOT
Performa Timnas Indonesia di Ronde Keempat: Timnas Indonesia Akan Berakhir di Klasemen & Urutan Berapa?
Ronde keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 dimulai Oktober lalu dengan format dua grup berisi tiga tim masing-masing, di mana pemenang grup lolos langsung ke ronde kelima, sementara runner-up bertarung untuk dua tiket tambahan. Timnas Indonesia tergabung di Grup B bersama Arab Saudi dan Irak, dua kekuatan Asia yang sudah punya pengalaman Piala Dunia. Start buruk terjadi di laga pembuka melawan Arab Saudi di Jeddah: Garuda sempat unggul lewat gol cepat, tapi dua kartu merah dan tiga penalti penalti membuat mereka kalah 2-3. Drama itu menunjukkan semangat juang tinggi, tapi juga kerapuhan di bawah tekanan.
Laga kedua kontra Irak di Jakarta seharusnya jadi kesempatan bangkit, tapi hasilnya malah kekalahan 0-2. Irak, yang finis pertama di ronde kedua, mendominasi dengan penguasaan bola 62 persen dan serangan balik mematikan. Indonesia hanya mencatatkan satu tembakan tepat sasaran sepanjang babak, dengan lini depan yang mandul meski ada dukungan 70 ribu penonton. Secara keseluruhan, di ronde keempat, Garuda mencetak dua gol dan kebobolan lima, dengan possession rata-rata 38 persen. Ini kontras dengan ronde ketiga, di mana mereka mengumpulkan 12 poin dari 10 laga—tiga menang, tiga imbang, empat kalah—cukup untuk lolos sebagai peringkat ketiga Grup C. Namun, di level ini, perbedaan kelas terasa nyata, menempatkan Indonesia di urutan keempat klasemen akhir Grup B dengan nol poin, di bawah Arab Saudi (6 poin) dan Irak (6 poin).
Faktor Utama Penyebab Posisi Terakhir: Timnas Indonesia Akan Berakhir di Klasemen & Urutan Berapa?
Beberapa elemen krusial berkontribusi pada finis di dasar klasemen. Pertama, masalah disiplin: dua kartu merah di laga pertama bukan kebetulan, melainkan pola dari ronde sebelumnya di mana Garuda sering kehilangan pemain kunci karena pelanggaran tak perlu. Pelatih Patrick Kluivert, yang baru menangani sejak Agustus, kesulitan menanamkan mentalitas bertahan tanpa mengorbankan serangan. Kedua, cedera dan rotasi: Pemain belakang utama absen di laga kedua, memaksa perubahan formasi yang mengganggu ritme. Lini tengah, biasanya andalan dengan gelandang naturalisasi, gagal mengontrol tempo, hanya menyentuh bola 45 persen di laga Irak.
Ketiga, jadwal padat pasca-ronde ketiga membuat kelelahan fisik tak terhindarkan. Indonesia bermain enam laga dalam tiga bulan sebelum ronde keempat, termasuk uji coba internasional. Lawan-lawan seperti Arab Saudi, dengan skuad berbasis Liga Pro mereka, punya kedalaman lebih baik. Statistik menunjukkan Garuda kalah dalam duel udara (42 persen vs 58 persen) dan passing akurat (78 persen vs 86 persen), menandakan gap teknis. Pelatih Kluivert pasca-laga menyebut “kami butuh waktu adaptasi,” tapi fakta di lapangan menunjukkan kurangnya persiapan taktik untuk counter-press lawan. Akibatnya, posisi terakhir bukan hanya soal kekalahan, tapi kegagalan memaksimalkan peluang tipis—hanya 7 persen menurut simulasi pra-turnamen.
Pandangan Pengamat dan Dampak Jangka Panjang
Pengamat sepak bola Asia ramai membahas kegagalan ini sebagai “langkah mundur sementara.” Seorang analis regional bilang, “Indonesia sudah naik dari peringkat 170 ke 130 FIFA dalam dua tahun, tapi ronde keempat butuh konsistensi elite.” Prediksi pra-ronde memperkirakan peluang juara grup hanya 5 persen, runner-up 20 persen, dan sisanya 75 persen finis ketiga atau keempat—yang terbukti akurat. Di kalangan suporter, kekecewaan meluap di media sosial, dengan tagar #GarudaBangkit trending, tapi juga apresiasi atas perjuangan lolos ronde ketiga. Shin Tae-yong, pelatih era sebelumnya, pernah optimis soal posisi ketiga ronde ketiga sebagai batu loncatan, tapi Kluivert kini hadapi tekanan perbaikan.
Dampaknya luas: Finansial PSSI tertekan karena tak ada insentif lolos, dan program naturalisasi mungkin dievaluasi. Namun, positifnya, pengalaman ini jadi modal untuk AFF Cup Desember nanti, di mana Indonesia difavoritkan juara. Peringkat FIFA Garuda bisa turun ke 135-140, tapi dengan pemuda U-17 yang finis ketiga Grup H Piala Dunia U-17 baru-baru ini, harapan regenerasi terbuka. Pengamat setuju, posisi terakhir ronde keempat bukan akhir, melainkan panggilan untuk reformasi struktural di sepak bola nasional.
Kesimpulan
Finis di urutan keempat—atau terakhir—Grup B ronde keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 jadi pil pahit bagi Timnas Indonesia, tapi juga cerminan kemajuan bertahap. Dari start nol poin hingga drama kekalahan, skuad Garuda tunjukkan semangat, meski faktor disiplin, cedera, dan gap teknis halangi langkah. Musim ini, lolos ronde ketiga sudah prestasi, tapi posisi akhir ini ingatkan: Asia punya kompetitor sengit. Ke depan, fokus pada AFF Cup dan pembangunan skuad muda bisa balikkan narasi. Bagi penggemar, ini bukan akhir mimpi Piala Dunia, tapi babak baru perjuangan. Garuda siap terbang lagi, dengan pelajaran dari jatuh ini.



Post Comment